5 Jun 2010

she is really unbelievable women

Sebut saja dia Lani, seorang perempuan muda yang dulunya nggak bisa main keyboard. Lalu dia belajar padaku selama beberapa bulan, dan sekarang sudah banyak tahu.

Dulu, Lani sering datang ke rumahku untuk belajar keyboard bahkan ngerjain tugas bahasa inggris. Listrik buat keyboard dan full AC gratis, ilmu gratis, makan juga gratis, plus diantar pulang gratis. Tanpa prasangka aku mengajarinya, berusaha tetap semangat agar dia mengerti dan bisa.
Aku memang tegas. Aku memang kasar, aku memang lugas, bahkan terkadang membentak. Aku nggak suka orang yang nggak konsentrasi waktu aku mengajar. Aku nggak suka proses yang terlalu lama. Aku jelaskan sekali-dua kali dengan jelas, lalu lakukan apa yang sudah aku ajarkan. Aku nggak suka orang yang belajarnya manja, maunya di kasih contekan atau kerpean. Aku berusaha supaya dia mau mencoba sendiri sampai dia benar-benar bisa.

Aku lakukan itu terus, dan akhirnya dia pun bisa.
Aku nggak pernah mengharapkan Lani mau dengan rendah hati berterima kasih atau memberikan aku materi, atau menyanjungku terus-terusan, atau membayar apa yang sudah kuberikan. Dan memang bukan itu yang dia berikan kembali untuk aku.
Malahan dia bilang ke orang-orang, aku sombong, dia sakit hari karena aku kasar. Bukan cuma ke empat-lima orang, tapi semua orang yang dia temui.

Awalnya aku nggak peduli. Aku cuek. Yang aku tahu sekarang dia mampu, dia bisa melakukan apa yang sudah ku ajarkan. Aku bangga, aku senang.
Tapi semua itu ambruk waktu mantan pacarku, sebut saja Ducky, dengan entengnya mengatakan kata-kata itu, "Katanya Lani, kamu sombong yah?"
Hahaha, nangis aku dibuatnya. Kebanggaan itu hancur seketika. Sampai-sampai merusak hubunganku dengan si Ducky yang masih berakibat sampai sekarang.
Belum lagi setelah itu, makin banyak saja yang 'ngadu' di depan mukaku tentang semua yang dia bicarakan. Semua keburukan.

Yah, aku memang begini. Aku begitu tegas, hingga kadang kasar.
Aku nggak suka dengan hal-hal yang biasa. Akan ku usahakan yang terbaik hingga mengeluarkan hasil yang outstanding.
Mau kerja team atau individual.
Tapi dia malah berpikir begitu. Kalau memang nggak terima dengan metode pengajaranku, kenapa nggak dari dulu berhenti belajar. Liat saja sekarang, Lani sudah bisa dibilang pintar bermain keyboard, bahkan barusan dia mewakili provinsi-ku berlomba di ibu kota, ada materi bahasa inggrisnya.

Entahlah. Secara daging aku sangat sangat kecewa. Secara daging aku mau meminta kembali ilmu-ilmu yang kuberikan. Perhatian yang kuberikan, karena Lani nggak punya saudara perempuan, fasilitas yang sudah rela kuberikan. Maunya begitu, tapi aku tahu itu nggak mungkin. AKu juga tau, kalau aku minta kembali maka aku nggak dapat imbalan apa-apa dari Dia Yang Maha Mengerti.
Bless her, oh LORD!!

Tidak ada komentar: