17 Agu 2010

Only God knows

Sebut saja namanya Refa.
Dia adalah adik teman kecilku, sebut saja Rite. Sejak kecil Refa selalu sinis, sirik, memusuhi, bahkan menghasut orang untuk menjauhiku. Tapi aku nggak pernah membalas dia.

Setelah kami sudah bisa dibilang dewasa, kami tergabung dalam satu organisasi rohani. Pacar atau bisa dibilang tunangannya menjabat sebagai ketua, aku orang kepercayaan, dan Refa bukan apa-apa. Bukannya aku mau menyombongkan diri, tapi benar adanya. Usulannya selalu nggak realita, selalu nggak jelas, mementingkan diri sendiri, dan nggak pernah mau mendengarkan yang lebih berpengalaman. Yah, sotoy kata orang Jakarta.

Tapi aku menahan diri untuk nggak membalas kekesalanku. Sesuai dengan perintah Tuhan, aku ampuni dia, aku berusaha supaya dia nggak melakukan kesalahan yang sama. Tapi hingga hari ini, 17 Agustus 2010, dia tetap kekeh berlaku seperti aku.
Dalam hatiku sering menantang, "Kalo loe bukan pacar ketua, udah gua sikat juga lu!!"
Tapi aku tau itu bukan sifat anak Tuhan. Aku berusaha melembutkan hati, bersabar membuat dia nggak melakukannya lagi.

Setiap rapat pengurus, dia selalu saja mendominan, padahal bukan ketua. Dan selalu saja memaksakan keinginannya. Dan semua juga gerah sama tingkahnya, nggak punya sopan prilaku apalagi tutur kata. Semua disama ratakan dengan usianya. Aku juga heran, kenapa dia punya sifat aneh seperti itu. Kampungan!!!


5 Jun 2010

she is really unbelievable women

Sebut saja dia Lani, seorang perempuan muda yang dulunya nggak bisa main keyboard. Lalu dia belajar padaku selama beberapa bulan, dan sekarang sudah banyak tahu.

Dulu, Lani sering datang ke rumahku untuk belajar keyboard bahkan ngerjain tugas bahasa inggris. Listrik buat keyboard dan full AC gratis, ilmu gratis, makan juga gratis, plus diantar pulang gratis. Tanpa prasangka aku mengajarinya, berusaha tetap semangat agar dia mengerti dan bisa.
Aku memang tegas. Aku memang kasar, aku memang lugas, bahkan terkadang membentak. Aku nggak suka orang yang nggak konsentrasi waktu aku mengajar. Aku nggak suka proses yang terlalu lama. Aku jelaskan sekali-dua kali dengan jelas, lalu lakukan apa yang sudah aku ajarkan. Aku nggak suka orang yang belajarnya manja, maunya di kasih contekan atau kerpean. Aku berusaha supaya dia mau mencoba sendiri sampai dia benar-benar bisa.

Aku lakukan itu terus, dan akhirnya dia pun bisa.
Aku nggak pernah mengharapkan Lani mau dengan rendah hati berterima kasih atau memberikan aku materi, atau menyanjungku terus-terusan, atau membayar apa yang sudah kuberikan. Dan memang bukan itu yang dia berikan kembali untuk aku.
Malahan dia bilang ke orang-orang, aku sombong, dia sakit hari karena aku kasar. Bukan cuma ke empat-lima orang, tapi semua orang yang dia temui.

Awalnya aku nggak peduli. Aku cuek. Yang aku tahu sekarang dia mampu, dia bisa melakukan apa yang sudah ku ajarkan. Aku bangga, aku senang.
Tapi semua itu ambruk waktu mantan pacarku, sebut saja Ducky, dengan entengnya mengatakan kata-kata itu, "Katanya Lani, kamu sombong yah?"
Hahaha, nangis aku dibuatnya. Kebanggaan itu hancur seketika. Sampai-sampai merusak hubunganku dengan si Ducky yang masih berakibat sampai sekarang.
Belum lagi setelah itu, makin banyak saja yang 'ngadu' di depan mukaku tentang semua yang dia bicarakan. Semua keburukan.

Yah, aku memang begini. Aku begitu tegas, hingga kadang kasar.
Aku nggak suka dengan hal-hal yang biasa. Akan ku usahakan yang terbaik hingga mengeluarkan hasil yang outstanding.
Mau kerja team atau individual.
Tapi dia malah berpikir begitu. Kalau memang nggak terima dengan metode pengajaranku, kenapa nggak dari dulu berhenti belajar. Liat saja sekarang, Lani sudah bisa dibilang pintar bermain keyboard, bahkan barusan dia mewakili provinsi-ku berlomba di ibu kota, ada materi bahasa inggrisnya.

Entahlah. Secara daging aku sangat sangat kecewa. Secara daging aku mau meminta kembali ilmu-ilmu yang kuberikan. Perhatian yang kuberikan, karena Lani nggak punya saudara perempuan, fasilitas yang sudah rela kuberikan. Maunya begitu, tapi aku tahu itu nggak mungkin. AKu juga tau, kalau aku minta kembali maka aku nggak dapat imbalan apa-apa dari Dia Yang Maha Mengerti.
Bless her, oh LORD!!

21 Mei 2010

hufttt..
Menjelang usia dewasa bikin gue deg-degan. Gimana ga, dalam waktu yang mungkin terasa singkat gue mesti menghadapi yang nama pernikahan. ughhhh.. Ngebayangin aja udah serem. Mungkin karna gue pernah terluka, karna gue pernah ngerasain jadi anak broken home tuh gimana, jadi itu yang bikin gue takut. Gue takut ga bisa jadi istri yang baik, gue takut salah pola asuh ke anak-anak gue. Mungkin rada lebai, tapi perasaan itu ga bisa gue pungkirin. Semakin gue menghindar, semakin terbayang ketakutan itu. Ditambah lagi luka gue waktu ditinggal sama mantan pacar gue yang pernah buat komitmen serius tapi taunya malah ninggalin gue cuma karna ga balas sms nya malem-malem buta. suck!!
Rasanya perih banget. Sampai paper ini ditulis pun gue masih merasa ada sisa-sisa rasa lukanya. Apalagi sekarang dia taunya cuma nyela gue. uh, it's really hurt, damn!!

Ga ngerti gimana jadinya, yang jelas untuk waktu dekat ini gue belum bisa berhadapan dengan masalah pernikahan. Belum lagi disekliling gue gada yang bisa dijadikan contoh gimana cara menjalani hidup rumah tangga yang baik. Dimana-mana taunya mau menang sendiri, apalagi kalo pada beda pendapat. BeDa mah mbe sama kuda.

Tapi ada juga yang bikin gue kebelet buat jadi mature. Gue mau pindah dari sini. Yah, seperti cita-cita gue dari dulu. Gue pengen tinggal di UK, dikota mana aja asalkan di England. Tapi pengennya sih di Ederson. Ngiler dah kalo udah ngebayangin tinggal disana. Stay away from here and get new live style's so great in the world i guess.
Nobody judges you. Everybody cares you all the time. ughhhhhhh, ngiler khan gue..

Yah, gue udah berdoa supaya impian gue jadi nyata. Dan gue Amin-kan doa gue.
So, just pray for me friends. I wanna move to UK at the moment. AMIN!!