Aku bingung, semua terjadi begitu cepat. Cepat sampai aku dan semua jadi kalut.
Tapi tidak asap jika tidak ada api.
Apinya itu mereka, pasangan bodoh yang memaksakan kehendak. Padahal sudah tau tidak ada jalan, tapi memaksakan sampai yang tidak terlibat ikut terseret masalah norak begini.
Dua orang pasangan yang memaksakan menikah padahal sudah tahu tidak bisa. Bukan karena pasangannya penjahat atau pengangguran. Tapi karena pasangannya seorang yang menceraikan istrinya. Dan asal tahu saja dalam kepercayaan kami, lelaki yang menceraikan istrinya dan menikah dengan perempuan lain itu dianggap berZINAH! Ini bukan sekedar aturan manusia, tapi memang sudah tertulis dalam kitab suci kepercayaan kami.
Sudah tahu begitu masih saja mereka memaksakan untuk menikah. Bukan mereka yang disusahkan, tapi ibuku, aku, pacarku, pemimpin kepercayaan dirumah ibadah kami, dan semuanya. Tapi mereka tetap terus memaksa.
Kemudian ditambah lagi rumah adat nenekku yang baru direnovasi yang menghabiskan uang ratusan juta lenyap begitu saya dilalap si jago merah, dan baru saja nenekku pergi menghadap Sang Penjunan.
Lalu satu orang dirumahku pindah kepercayaan karena sudah 'te-dung'. Hahaha, padahal dia selalu dirumah saat matahari bekerja. Tapi tidak disangka saat matahari bersiap bekerja dan manusia tertidur lelap, yah sekitar pukul 2 subuh dia pergi keluar rumah menjual harga dirinya pada lelaki hidung belang, bukan hanya dengan pacarnya. Saat dia ketahuan sudah 'te-dung' yah diusir sama ibuku. Tapi tidak ada penyesalan yang kulihat terlintas diwajahnya.
Baru kemarin 'pasangan maksa' mengadakan pertemuan keluarga untuk membicarakan pernikahan yang entah bisa apa tidak. Karena keluarga duda itu tidak sudi datang. Malu tak terhingga diraut muka ibuku.
Lalu hari ini aku kena 'semprot' karena hubungan spesialku dengan pacarku.
Dulu dilarang pacaran karena pacarku belum kuliah, sekarang sudah kuliah masih juga dilarang. Karena dianggap tidak sederajat dengan keluarga kami yang notabene keturunan 'ningrat'. What the hell!!
Dan alasan berikutnya karena abang dari pacarku pernah punya masalah dengan keluargaku. Yah, tidak lain karena pernikahan yang dipaksakan itu. Abang dan istri abangnya mencoba untuk ikut campur urusan 'pasangan maksa' dan 'menyingkirkan' kakakku dalam organisasi. Yah aku tahu abangnya melakukan itu karena belum ada pemberesan di masa lalunya. Singkat cerita, abangnya menerorku dan keluargaku.
Dan sekarang semua berimbas pada hubunganku dengan pacarku.
Hei ibu, pacarku bukan maling, bukan pemabuk, bukan penipu.
Dia hanya manusia biasa, dan kita pun manusia biasa.
Jangan karena si 'pasangan maksa' itu orang kaya jadi ibu menyetujui hubungan mereka yang bahkan tidak jelas.
Aku takut bukan tentang hubunganku dengan pacarku berakhir, tapi aku takut ibuku kehilangan nilai-nilai dasar.
Hatiku menangis melihat bibirnya selalu menghina orang-orang yang menentangnya, termasuk aku, bahkan pemimpin rumah ibadah kami.
Dia kehilangan arah, dan aku yang diharuskan mengerti.
Iya aku mengerti ibu, tapi aku punya pilihan.
Aku dilarang memilih apa yang menurutku baik.
Padahal aku sudah berusaha membuat ibuku senang melupakan masalahnya.
Tapi itu tidak berarti karena aku tahu uang yang kuberikan padanya tidak sebanding dengan apa yang diberikan 'pasangan maksa'.
Materialistis, iya. Aku akui. Ini memang terjadi disini.
Tapi aku berusaha memberikan pengertian, tapi tetap uanglah yang berbicara padanya.
Hahaha ...
Aku sudah berencana keluar dari sini, dari daerah ini. Ke tempat yang sangat jauh dari sini. Aku tidak mau ikut terseret dalam masalah yang padahal aku sudah berikan solusi.
Tapi sekali lagi, yang lebih berharga adalah pemberian 'pasangan maksa'. Karena memang mereka memberikan jauh lebih banyak dari apa yang kuberikan.
Uang dan harta mereka banyak, dibanding aku.
Aku hanya punya talent, yang bahkan ibuku pun tidak pernah memberikan dukungan.
Aku berharap kakak pembimbingku ada didekatku, atau paling tidak bisa dihubungi melalui telepon.